A. Pengertian Penilaian
Menurut
Sardiyo (2009: 3) dalam Farah (2012) penilaian adalah suatu proses
sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi suatu program.
Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan
informasi tentang hasil belajar siswa yang diperoleh melalui pengukuran untuk
menganalisis atau menjelaskan unjuk kerja atau prestasi siswa dalam mengerjakan
tugas-tugas yang terkait.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh
Sukardi (2008:1) dalam Farah (2012) bahwa evaluasi atau penilaian
merupakan proses yang menentukan kondisi, di mana suatu tujuan telah dapat
dicapai. Evaluasi juga merupakan proses memahami, memberi arti, mendapatkan,
dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi keperluan pengambil keputusan.
Menurut Oktaviandi (2012) dalam Farah (2012) penilaian atau assessment adalah
penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian
kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan
tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil
penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata)
dan nilai kuantitatif (berupa angka).
Penilaian hasil belajar pada
dasarnya berfokus pada bagaimana guru dapat mengetahui hasil pembelajaran yang
telah dilakukan. Guru harus mengetahui sejauh mana siswa telah mengerti bahan
yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan
pembelajaran yang dikelola dapat dicapai.
Evaluasi, penilaian, dan pengukuran
merupakan tiga istilah yang sering rancu untuk digunakan. Menurut Cangelosi
dalam Farah (2012) dijelaskan bahwa
- Evaluasi
pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai,
kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran.
- Penilaian
dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi
secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh
- tentang
proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh
anak didik melalui program kegiatan belajar.
- Pengukuran
atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan
kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat
kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Dalam
dunia pendidikan yang dimaksud pengukuran adalah proses pengumpulan data
melalui pengamatan empiris.
Dari beberapa pendapat di atas dapat
diambil suatu kesimpulan bahwa penilaian adalah kegiatan yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan
hasil belajar peserta didik sehingga menjadi informasi yang bermakna untuk
pengambilan keputusan dalam menentukan tingkat pencapaian kompetensi.
B. Tujuan Penilaian
Menurut Arikunto (2010:10) dalam Farah (2012) tujuan penilaian sebagai berikut:
1. Penilaian berfungsi seletif
Dengan cara mengadakan penilaian
guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya.
Penilaian tersebut mempunyai berbagai tujuan yaitu:
- Untuk
memilih siswa yang diterima di sekolah tertentu.
- Untuk
memilih siswa yang dapat naik ke kelas berikutnya.
- Untuk
memilih siswa yang seharusnya mendapatkan beasiswa.
- Untuk
memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah.
2. Penilaian berfungsi diagnostik
Dengan mengadakan penilaian guru
dapat melakukan diagnosis pada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya sehingga
dapat diketahui sebab-sebab kelamahan dan cara untuk mengatasinya.
3. Penilaian bersifat sebagai
penempatan
Dalam menentukan pelaksanaan
pembelajaran dengan pendekatan kelompok dapat dilakukan penilaian. Penilaian digunakan
untuk menentukan posisi pasti di kelompok mana seorang siswa harus di
tempatkan. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian sama akan berada
dalam kelompok yang sama dalam belajar.
4. Penilaian berfungsi sebagai pengukur
keberhasilan
Fungsi keempat dari penilaian ini
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.
C. Prinsip dan Acuan pada Pembelajaran IPS
1. Dalam melaksanakan penilaian hasil belajar pada
pembelajaran IPS, pendidik perlu memperhatikan prinsip-prinsip penilaian
sebagai berikut:
a.
Valid/sahih
Penilaian hasil belajar oleh pendidik harus mengukur
pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam standar isi (standar kompetensi
dan kompetensi dasar) dan standar kompetensi lulusan. Penilaian valid
berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai
untuk mengukur kompetensi.
b.
Objektif dan Adil
Penilaian hasil belajar peserta didik tidak
menguntungkan atau merugikan peserta didik dan tidak dipengaruhi oleh
subyektivitas penilai, perbedaan latar belakang agama, sosial-ekonomi, budaya,
bahasa, gender, dan hubungan emosional.
c.
Transparan/terbuka
Penilaian hasil belajar oleh pendidik bersifat terbuka
artinya prosedur penilaian, kriteria penilaian dan dasar
pengambilan keputusan terhadap hasil belajar peserta didik dapat diketahui oleh
semua pihak yang berkepentingan.
d.
Terpadu
Penilaian hasil belajar oleh pendidik merupakan salah
satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
e.
Menyeluruh dan berkesinambungan
Penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup semua
aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang
sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
f.
Bermakna
Penilaian hasil belajar oleh pendidik hendaknya mudah
dipahami, mempunyai arti, bermanfaat, dan dapat ditindaklanjuti oleh semua
pihak, terutama guru, peserta didik, dan orangtua serta masyarakat
g.
Sistematis
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
h.
Akuntabel
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dapat
dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
i.
Beracuan kriteria
Penilaian hasil belajar oleh pendidik didasarkan pada
ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
2. Dalam
melakukan penilaian, selain memperhatikan prinsip juga harus memperhatikan
acuan yang dipakai dalam penilaian.berikut ini beberapa acuan penilaian pada
pembelajaran IPS sebagai berikut:
a. Acuan norma (norm reference)
Acuan norma merupakan acuan
penilaian yang mendeskripsikan penampilan atas dasar posisi relatif seorang
siswa terhadap siswa lain di dalam kelompok kelasnya (Sukardi, 2008:22) dalam Farah (2012). Pada acuan norma nilai atau skor
siswa dibandingkan dengan nilai atau skor siswa sekelompoknya digunakan pada
pembelajaran yang bersifat kompetitif. Penilaian dengan acuan norma diterapkan
pada kurikulum sebelum KBK dan KTSP.
Penilaian dengan acuan norma menurut Pusat Kurikulum
dalam Farah (2012) digunakan
untuk
1) Menentukan ranking
siswa dalam satu kelas.
2) Mengelompokkan siswa
dalam satu kelas berdasarkan prestasi belajar.
3) Menentukan/
menyeleksi siswa ke dalam kelas unggul dan kelas normal.
4) Membandingkan antar
siswa.
5) Menyeleksi siswa yang
mewakili lomba antar sekolah.
6) Menyeleksi siswa yang
hendak melanjutkan ke jenjang lebih tinggi.
b. Acuan Kriteria
Acuan kriteria adalah acuan
penilaian dimana hasil penampilan siswa menunjukkan posisinya sendiri terhadap
kriteria tertentu tanpa membandingkan dengan hasil penampilan siswa lain (Sukardi,
2008: 23) dalam Farah (2012) .
Pada acuan kriteria nilai atau skor yang diperoleh siswa dibandingkan dengan
standar tertentu yang ditentukan sebelumnya, biasanya digunakan pada
pembelajaran koperatif dan individualistik, dan nilai yang diperoleh siswa
dihubungkan dengan tingkat pencapaian penguasaan siswa terhadap mata pelajaran
yang bersangkutan. Penilaian menggunakan acuan kriteria digunakan pada KBK dan
KTSP.
Penilaian dengan acuan kriteria Pusat Kurikulum dalam dalam
Farah (2012) digunakan untuk
1) menentukan sejauh
mana siswa telah mencapai target/kompetensi yang telah ditetapkan dalam
kurikulum
2) Memberikan remidi
atau pengayaan bagi siswa-siswa tertentu
3) memperkirakan mutu
suatu sekolah berdasarkan standar mutu nasional yang tergambar dalam pencapaian
daftar kompetensi yang tercantum dalam kurikulum oleh siswa.
D. Teknik dalam Penilaian Pembelajaran IPS
Penilaian pembelajaran baik proses
maupun hasil belajar selayaknya memenuhi bersifat komprehensif mencakup seluruh
potensi dan kemampuan peserta didik disamping perlu memenuhi rasa keadilan bagi
peserta didik. Oleh karena itu, kemampuan guru dalam menilai selayaknya
menggunakan teknik tes dan non-tes.
- Tes
Syarat-syarat tes yang baik antara lain harus valid
(sahih) atau hanya mengukur apa yang hendak diukur dan harus andal (reliable).
Keandalan dalam hal ini meliputi kecermatan atau ketepatan (precision) dan
keajegan (consistency) dari hasil pengukuran yang dilakukan.
Sebelum merancang sebuah test, terlebih dahulu harus
memperhatikan tujuan tes dan kisi-kisi tes. Tujuan tes dapat dipakai untuk
mengetahui penguasaan peserta didik dalam pokok bahasan tertentu setelah materi
diajarkan. Selain itu dapat juga digunakan untuk mengetahui kesulitan belajar
siswa. Sedangkan kisi-kisi merupakan rambu-rambu ruang lingkup dan isi soal
yang akan diujikan.
Sebelum membuat kisi-kisi tes terlebih dahulu harus
melihat kurikulum sekolah yang digunakan. Pada makalah ini dicontohkan
penyusunan tes untuk kelas 2 semester II.
- Kompetensi
Dasar ( KD )
Mendeskripsikan kedudukan dan peran
anggota keluarga.
2.
Materi pokok
Kedudukan dan peran anggota keluarga
3.
Hasil belajar
a. Kedudukan
anggota keluarga
b. Peran
anggota keluarga.
c. Indikator
1.
Kedudukan anggota keluarga
1) Menyebutkan kedudukan
setiap anggota keluarga
2) Membuat silsilah keluarga.
2. Peran
anggota keluarga
1) Menjelaskan peran
setiap anggota keluarga
2) Menjelaskan
kecenderungan perubahan peran keluarga
3) Menceritakan pengalaman siswa dalam
melaksanakan peranannya dalam keluarga.
Setelah indikator materi (uraian
materi) dibuat, selanjutnya dibuat indikator soal kisi-kisi tes. Indikator
materi peran setiap anggota keluarga misalnya peran/tugas anak. Indikator dapat
dibuat seperti “siswa dapat menyebutkan paling sedikit 2 tugas anak dari
rumah”. Dari indikator tes tersebut (yang mengukur aspek ingatan) dapat dibuat
tes hasil belajarnya sebagi berikut:
Dua tugas anak di rumah yaitu …
- Membantu
orang tua dan belajar.
- Menonton
TV dan rekreasi.
- Rekreasi
dan pesta.
- Makan
enak dan belajar.
Dari pilihan tersebut jawaban yang benar adalah a.
Contoh lainnya pada materi peran ayah, dapat dibuat
indikator sebagai berikut:
Tugas utama ayah sebagai kepala keluarga yaitu …
- Membantu
ibu
- Membimbing
anak-anak
- Mencari
nafkah
- Pergi e
kantor
Jawaban yang tepat adalah (c)
Soal yang diuraikan sebelumnya mengenai kedudukan
anggota keluarga. Selanjutnya, kedudukan anggota keluarga dapat diperinci
menjadi indikator dan aspek yang diukur sebagai berikut ini:
Indikator tes
|
Aspek yang diukur
|
|
Ingatan
|
Pemahaman
Aplikasi
Dalam menyusun tes, terdapat kaidah indikator tes dan
penulisan soal yang baik sebagai berikut:
- Membuat
ciri-ciri dari tujuan yang hendak diukur
- Membuat
satu kata kerja operasional yang dapat diukur
- Berkaitan
erat dengan materi pokok soal atau pilihan jawaban harus singkat, padat,
dan jelas.
- Pokok
soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.
- Pilihan
jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
- Panjang
rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
- Pilihan
jawaban jangan menggunakan pernyataan, semua pilihan jawaban salah atau
semua pilihan benar.
- Pilihan
jawaban yang menggunakan angka, harus diurutkan dari kecil ke besar.
- Setiap
soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau paling benar.
- Butir
soal jangan bergantung pada soal-soal sebelumnya.
Ketergantungan kepada soal sebelumnya menyebabkan
siswa tidak dapat menjawab soal pertama akan tidak dapat menjawab soal kedua.
- Non Tes
Non tes merupakan salah satu bentuk
penilaian dalam mengambil keputusan terhadap hasil proses pembelajaran untuk
kompetensi yang bersifat afektif atau kompetensi yang tidak dapat diukur secara
kuantitatif. Apabila penilaian dengan tes selalu dapat dinyatakan dengan
angka/skala maka penilaian dengan teknik non-tes, umumnya menghasilkan
deskripsi secara kualitatif meskipun untuk kompetensi tertentu ada yang berupa
angka/skala. Beberapa teknik non tes antara lain:
- Panduan
Observasi
Pada jenjang
Sekolah Dasar alat penilaian non tes dapat dikembangkan sendiri oleh guru kelas
(teacher-made)yang bersangkutan. Demikian pula, panduan observasi dapat
dikembangkan oleh guru sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya bias
akibat subyektifitas guru. Namun inilah ciri khas dari penilaian afektif yang
tidak mjungkin steril dari pengaruh subjektivitas guru. Ada beberapa petunjuk
untuk mengurangi kelemahan dalam penyusunan panduan observasi (Zaenul, 1993:
67):
- Rencanakan terlebih dahulu apa yang akan diamati,
untuk menghindari tertariknya pengamat pada hal lain yang menarik
perhatiannya. Selain itu juga ditetapkan tingkah laku apa yang akan
diamati, kriterianya, yaitu yang paling besar kontribusinya untuk
menjelaskan hasil belajar peserta didik.
- Agar observasi dapat dilakukan secara cermat dan
kontinyu untuk memperoleh data yang seobjektif mungkin, maka diperlukan
alat perekam data observasi yang mudah dan jelas untuk dilaksanakan.
- Sebaiknya melibatkan orang lain selain guru
sebagai pengamat dalam melakukan pengamatan, misalnya saja orang tua
murid, konselor, wali murid, guru lain, teman sebaya dan sejenisnya.
Dengan demikian orang tua peserta didik terlibat secara langsung dalam
pembelajaran.
Contoh panduan observasi yang dapat dikembangkan
sesuai kondisi kelas sebagai berikut:
- Skala Sikap
Skala sikap digunakan untuk
menilai sikap dalam pembelajaran, banyak digunakan skala sikap Likert. Dalam
skala ini pernyataan afektif menunjukkan pernyataan yang secara langsung
mengungkapkan perasaan terhadap suatu objek sikap. Sedangkan pernyataan psikomotor
menunjukkan pernyataan pilihan tingkah laku atau maksud tingkah laku yang
berkenaan.
- Daftar Check-list
Daftar ceklis adalah suatu alat
penilaian non tes yang digunakan secara terstruktur untuk memperoleh informasi
tentang sesuatu yang diamati. Alat ini sangat bermanfaat untuk menilai hasil
belajar ataupun proses pembelajaran secara lebih rinci. Penggunaannya sangat
sederhana, karena hanya dengan membubuhkan menghendaki jawaban yang benar atau
salah seperti dalam ujian lisan yang menentukan lulus atau tidak lulus,
melainkan hanya mengungkapkan informasi tentang sikap yang digali yang dapat
menggambarkan keadaan peserta didik saat itu.
- Rating Scale
Skala bertingkat adalah alat
penilaian non tes untuk menilai karakteristik tertentu sebagaimana diharapkan
muncul dalam diri peserta didik.Tipe skala bertingkat di bawah ini termasuk
jenis yang sederhana.
- Wawancara
Pedoman wawancara disusun seperti
daftar pertanyaan yang akan diajukan saat wawancara. Respondennya adalah
peserta didik.
- Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan hasil
kerja siswa yang terbaik. Portofolio sebagai salah satu penilaian dimaksudkan
penilaian terhadap hasil karya siswa. Kumpulan pekerjaan siswa biasanya berupa
sampel termasuk foto-foto kegiatan, komentar-komentar secara tertulis termasuk
perasan, sikap terhadap topik kegiatan, dan keinginan siswa yang perlu
diketahui guru yang selanjutnya dimasukkan kedalam folder. Portofolio merupakan
alat yang sangat baik sebagai bahan bagi guru ketika bertemu dengan orang tua
siswa. Guru dapat menjelaskan secara kronologis tentang aktivitas siuswa dan
hasilnya. Jadi penilaian portofolio merupakan suatu pendekatan dalam penilaian
kinerja peserta didik atau digunakan untuk menilai kinerja.
E. Penilaian Aspek Kognitif
pada Pembelajaran IPS
Aspek kognitif adalah sub taksonomi
yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang berawal dari tingkatan
pengetahuan sampai tingkatan yang evaluasi. Tujuan aspek kognitif berorientasi
pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih
sederhana, yaitu mengingat sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menunutut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan,
metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut
(Sardiyo, 2009:12) dalam Farah (2012) . Aspek kognitif dalam evaluasi
hasil belajar mempunyai dua tingkatan sebagai berikut.
- Aspek kognitif tingkatan lebih
rendah, meliputi hal-hal berikut ini.
a.
Pengetahuan (knowledge)
b.
Pemahaman (comprehension)
c.
Penerapan (application)
d.
Analisis (analysis)
e.
Sintesis (synthesis)
f.
Evaluasi (evaluation)
- Aspek kognitif tingkatan yang
lebih tinggi meliputi hal-hal berikut ini.
Menurut Sardiyo (2006:34) dalam Farah (2012) contoh
pertanyaan atau tes yang dapat mengungkap kemampuan pada aspek kognitif sebagai
berikut:
- Pengetahuan (knowledge)
Evaluasi yang mengungkap pengetahuan
merupakan pertanyaan atau tes yang mengungkap penalaran dalam kategori
terendah. Evaluasi ini hanya mengungkap tentang fakta, definisi, pengertian dan
sejenisnya. Jadi, siswa hanya dituntut untuk mengingkat kembali apa yang telah
dipelajari. Contoh pertanyaannya sebagai berikut:
1)
Di manakah terdapat tambang timah di
Indonesia?
2)
Siapakah presiden pertama Negara RI?
3)
Siapakah Gajah Mada itu?
Jawaban untuk pertanyaan di atas dapat singkat atau memerlukan
keterangan atau penjelasan singkat. Kata-kata yang sering dipakai untuk
evaluasi yang mengungkap pengetahuan antara lain:
1)
Apa
2)
Siapa
3)
Di mana
b. Pemahaman (comprehension)
Evaluasi ini menuntut siswa untuk
memahami atau mengerti apa yang telah dipelajari. Dengan demikian, siswa
dituntut dapat menjelaskan apa yang telah dipelajari dengan kalimatnya sendiri.
Dia tidak dapat sekedar dapat mengingat dan menghafal informasi yang telah
diperoleh, tetapi dapat memilih dan mengorganisasikan informasi tersebut.
Termasuk dapat menafsirkan gambaran, grafik, bagan, dan lain-lain dengan
kata-katanya sendiri.
Kata-kata yang sering dipakai untuk evaluasi
(pertanyaan) yang mengungkap pemahaman antara lain:
1)
Mengapa?
2)
Jelaskan?
3)
Uraikan
4)
Berilah alasan!
5)
Bandingkan!
c. Penerapan (Application)
Jika pada evaluasi (pertanyaan) yang
mengungkapkan pengetahuan siswa diminta mengingat menghafal dan mendefenisikan
sesuatu. Selanjutnya dapat menjelaskan dan mengungkapkan informasi yang
diterima maka pada penerapan siswa dapat menggunakan informasi yang diterima
untuk memecahkan sesuatu masalah. Dengan menggunakan konsep, prinsip, aturan,
hukum atau proses yang telah dipelajari sebelumnya, siswa diharapkan dapat
menentukan jawaban yang benar terhadap pertanyaan yang diajukan.
Kata-kata yang sering digunakan untuk mengungkap
penerapan (application) adalah berikut ini.
1)
Demonstrasikan!
2)
Tunjukkanlah!
3)
Klasifisikasikan!
d. Analisis (Analysis)
Analisis merupakan jenjang
pertanyaan dari kelompok pertanyaan tingkat tinggi. Pertanyaan analisis menuntut
siswa untuk berpikir secara mendalam, kritis bahkan menciptakan sesuatu yang
baru. Untuk menjawab pertanyaan analisis, siswa harus mampu menguraikan sebab,
motif atau mampu mengadakan deduktif. Oleh karena itu, pertanyaan analisis
tidak hanya mempunyai satu jawaban yang benar, melainkan berbagai alternative.
Pertanyaan analisis menuntut siswa terlibat dalam proses kognitif, yaitu
berikut ini.
1)
Menguraikan alasan atau sebab-sebab
suatu kejadian
2)
Mempertimbangkan dan menganalisis
informasi agar dapat menyimpulkan informasi yang diterima.
3)
Menganalisis kesimpulan atau
generalisasi untuk menemukan bukti yang menunjang atau bahkan menyangkal
kesimpulan.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan jenjang kedua
dari kelompok pertanyaan tingkat tinggi. Pertanyaan yang mengungkap sintesis
menuntut siswa berpikir orisinal dan kreatif. Siswa dituntut berpikir induktif.
Jenis pertanyaan sintesis dapat berbentuk seperti berikut ini.
1)
Pertanyaan yang menuntut siswa
membuat presiksi atau peramalan atau perkiraan.
2)
Pertanyaan yang menuntut siswa
mengungkapkan ide dan menghasilkan pemikiran yang orisinal.
3)
Pertanyaan yang menuntut siswa untuk
memecahkan masalah.
f. Penilaian (evaluation)
Evaluasi yang mengungkap penilaian
menuntut siswa untuk melakukan kegiatan berpikir yang paling tinggi. Dia dapat
melakukan itu apabila pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis dan sisntesis
dapat dikuasai dengan baik. Pertanyaan yang mengungkap evaluasi menuntut adanya
standar atau kriteria yang jelas. Kemungkinan jawaban yang diberikan siswa
berbeda-beda. Hal itu tidak menjadi masalah, asal sudah ada kriteria yang
jelas. Adanya perbedaan itu justru memperluas segi penalaran siswa sehingga
mereka mempunyai cakrawala yang luas.
Pertanyaan yang mengungkap evaluasi dapat
dikategorikan sebagai berikut:
1)
Pertanyaan yang meminta siswa
memberikan pendapat
2)
Pertanyaan yang memberikan penilaian
terhadap suatu ide
3)
Pertanyaan yang meminta siswa untuk
memecahkan masalah
4)
Pertanyaan yang meminta siswa
menetapkan karya terbaik
F. Penilaian Aspek Nilai dan
Sikap pada Pembelajaran IPS
Nilai dan
sikap moral terjadi apabila ada interaksi sosial antara seseorang dengan orang
lain, dengan kelompok atau antarkelompok. Untuk dapat terjadi interaksi sosial,
harus ada kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial dapat berlangsung dalam
tiga bentuk sebagai berikut
- Antara Orang Per Orang
Contohnya seorang siswa mempelajari
kebiasaan-kebiasaan dalam keluarga, kebiasaan-kebiasaan guru-gurunya dalam
mengajar, dan kebiasaan teman-temannya. Jika siswa mempelajari kebiasaan-kebiasaan
dalam keluarga dia akan mengetahui nilai-nilai baik dan tidak baik. Dia akan
akan mengetahui bahwa ibunya sangat ramah dan suka menolong. Dia akan
mengetahui bahwa ayahnya dermawan dan berwibawa. Jadi dia akan memiliki nilai
dan sikap sosial tertentu. Mungkin dia akan meniru sikap ayahnya atau ibunya.
Hal itu terjadi akibat adanya kontak sosial dan komuikasi antara dia (siswa)
dengan orang tuanya.
Demikian juga, apabila dia melakukan kontak dengan
guru-gurunya. Dia akan dapat menilai A guru galak, tetapi murah dalam memberi
nilai. Guru B ramah dalam mengajar dan sangat jelas dan menyenangkan. Guru C
dalam mengajar sangat cepat dan tidak jelas, dan lain-lain. Dengan demikian,
dia akan dapat membedakan siapa guru yang baik dan kurang baik. Dia akan
mempunyai nilai dan sikap sosial tertentu. Hal itu terjadi akibat adanya kontak
sosial dan komunikasi antara dia ( siswa tersebut) dengan guru-gurunya.
2. Antara Orang Per Orang dengan
Kelompok Masyarakat
Contohnya seseorang yang tinggal dalam kelompok
masyarakat desa, dia akan mengetahui bahwa tindakannya disenangai atau tidak
oleh masyarakat desa tersebut. Untuk dapat disenangi oleh masyarakat desa
tersebut dia harus dapat menyesuaikan dengan norma-norma yang berlaku didesa
tersebut. Jika tidak dia akan terasing atau dijauhi oleh masyarajt desa
tersebut. Jadi timbul nilai dan sikap sosial tertentu akibat adanya kontak
sosial dan komunikasi dengan masyarakat desa
3. Antara Kelompok dengan Kelompok
Contohnya siswa-siswa suatu sekolah mengadakan
kunjungan kesekolah lain. Antara kedua sekolah tersebut tentu akan menjadi
kerja sama yang saling menguntungkan atau justru sebaliknya karena terjadi
perbedaan morma antara kedua sekolah sehingga terjadi perselisihan. Hal ini
berarti, terjadi nilai dan sikap sosial yang berbeda. Akibat kontak sosial dam
komunikasi yang tidak serasi.
Dalam proses pembelajaran kontak sosial yang sering
terjadi adalah antara orang per orang dan antara orang per orang dengan
kelompok.Kedua kontak sosial itu menjadi penting mengingat siswa dan guru
merupakan subjek pendidikan yang tidak dapat dipisahkan.
Contoh penilaian pada aspek afektif dapat dilihat pada
pembelajaran kelas 3 semester I materi kedudukan dan peran anggota keluarga.
dalam penilaiannya menggunakan daftar pertanyaan yang berfungsi untuk
mengungkapkan nilai sosial. Dalam penyusunannya terlebih dahulu membuat
kisi-kisi soal. Berikut ini mengenai contoh penilaian afektif yang
mengungkapkan nilai sosial yaitu:
1.Kompetensi Dasar ( KD ) :
Mendeskripsikan kedudukan dan peran anggota keluarga.
2.Materi pokok :Kedudukan dan peran anggota keluarga
3.Hasil belajar
1.
Kedudukan anggota keluarga
2.
Peran anggota keluarga.
4. Indikator
1.
Kedudukan anggota keluarga
1)
Menyebutkan kedudukan setiap anggota
keluarga
2)
Membuat silsilah keluarga.
2.
Peran anggota keluarga
1) Menjelaskan peran setiap anggota
keluarga
2) Menjelaskan kecenderungan perubahan
peran keluarga
3) Menceritakan pengalaman siswa dalam
melaksanakan peranannya dalam keluarga.
Dari materi tersebut dapat dibuat kisi – kisi soal
yang mengungkap nilai dan sikap sosial sebagai berikut. Contohnya sebagai
berikut:
- Dengan
bekerja sama dengan adiknya membersihkan halaman rumah, Doni dapat
menghargai kedua adiknya yang bekerja dengan baik.
- Dengan
bekerja sama dengan ibunya yang mengajar memasak, tuti dan adiknya dapat
menghargai ibunya yang pintar memasak dan sabar.
Dari kisi-kisi tersebut dikembangkan pertanyaan
sebagai berikut:
- Membersihkan
halaman rumah dikerjakan oleh Doni, Tuti dan Adiknya. Kebersihan halaman
rumah tentukan oleh………….
- Doni yang membersihkan halaman depan rumah.
- Tuti dan adinya yang membersihan halaman samping
rumah.
- c. Ketiga anak tersebut,
masing-masing memberi sumbangan terhadap kebersihan halaman rumah.
- Kebersihan halaman rumah hanya ditentukan oleh
Doni
- Belajar memasak dilakukan oleh Tuti dan adiknya,
dibimbing oleh ibunya yang pandai memasak dan sabar. Keberhasilan belajar
memasak ditentukan oleh………..
- Ibunya yang pandai memasak
dan sabar.
- Tuti yang serius belajar
memasak.
- Adik Tuti yang serius belajar
memasak.
- d. Tuti dan
adiknya yang serius serta ibunya yang pandai memasak dan sabar
G. Penilaian Aspek Keterampilan pada
Pembelajaran IPS
Keterampilan-keterampilan IPS adalah
beberapa kemampuan baik fisik maupun mental di bidang Ilmu Pengetahuan Sosial.
Semiawan dalam Farah (2012) mengungkapkan terdapat
keterampilan-keterampilan mendasar dalam proses berpikir dan berkarya di bidang
ilmiah dapat dibagi menjadi 9 bagian yaitu:
- Mengobservasi
Observasi merupakan keterampilan
ilmiah mendasar yang menggunakan semua indra (melihat, mendengar, meraba, dan
membau). Di dalam observasi di dalamnya terdapat kegiatan menghitung, mengukur,
mengklasifikasi, dan mencari hubungan ruang atau waktu.
2.
Membuat hipotesis
Hipotesis adalah suatu perkiraan
yang mempunyai alasan untuk menerangkan suatu pengamatan tertentu. Hipotesis
perlu diuji melalui penelitian atau eksperimen.
3.
Merencanakan penelitian
Eksperimen adalah menguji atau
mengetes melalui penelitian praktis. Dalam melakukan eksperimen, guru perlu
melatih siswa dalam merencanakan penelitian.
- Mengendalikan
variabel
- Mengintrepetasi
atau menafsirkan data
- Menyusun kesimpulan sementara
- Meramalkan
- Menerapkan
- Mengkomunikasikan.
Dalam merancang penilaian selalu
dituntut mempelajari kurikulum sekolah yang berlaku. Contohnya penyusunan
evaluasi pada kelas IV semester I dengan materi pokok kenampakan alam dan
buatansebagai berikut ini:
- Kompetensi
Dasar
Kemampuan memahami keragaman kenampakan alam dan
buatan di Indonesia
- Materi
Pokok
Kenampakan alam dan buatan di Indonesia
- Hasil
Belajar dan Indikator Materi
- Mendeskripsikan
keragaman kenampakan alam di Indonesia
1)
Menggambar peta Indonesia dengan
menggunakan simbol.
2)
Mendeskripsikan peta Indonesia
dengan menggunakan simbol.
3)
Mengidentifikasi ciri-ciri
kenampakan alam wilayah Indonesia.
4)
Menunjukkan pada peta persebaran
flora dan fauna di berbagai wilayah Indonesia.
5)
Mengidentifikasikan ciri dan sifat
cuaca/iklim dan dampaknya terhadap aktivitas masyarakat setempat.
b.
Mendeskripsikan kenampakan buatan di
Indonesia.
1)
Mengidentifikasi kenampakan buatan
di wilayah Indonesia
2)
Menjelaskan keuntungan dan kerugian
pembangunan kenampakan buatan (waduk, pelabuhan, kawasan indsutri, perkebunan)
bagi masyarakat setempat.
Dari materi di atas dapat
dikembangkan dengan kegiatan kelompok. Pada kegiatan kelompok tersebut, siswa
diminta untuk mendiskusikan materi yang diberikan kepada guru pada setiap
kelompok. Hasil diskusi dan pencapaian aspek keterampilannya sebagai berikut:
Indikator Materi
|
Indikator Tes
|
Keterampilan IPS yang Diungkap
|
Menggambar peta
|
Siswa dapat membuat peta Indonesia
|
Menerapkan
|
Ciri-ciri kenampakan alam Indonesia
|
Setelah mengamati kenampakan alam Indonesia
|
Membuat klasifikasi
|
Menunjukkan jenis flora dan fauna di Indonesia
|
Setelah membaca peta jenis flora dan fauna di
Indonesia, siswa dapat menggolongkan jenis flora dan fauna di Indonesia
|
Membuat klasifikasi
|
Membedakan cuaca dan iklim
|
Setelah membaca jumlah curah hujan dalam satu tahun,
siswa dapat membuat grafik curah hujan di Indonesia.
|
Mengomunikasikan
|
Dampak cuaca/iklim terhadap manusia
|
Setelah membaca peta Indonesia siswa dapat
menyimpulkan suhu rata-rata di Indonesia
|
Interpretasi data
|
Menggambar peta arah angin muson di Indonesia
|
Setelah membaca uraian angin muson di Indonesia
siswa dapat menggambarkan arah angin muson di Indonesia.
|
Mengomunikasikan
|
Mendeskripsikan kenampakan buatan di Indonesia
|
Setelah membaca peta Indonesia siswa dapat
membedakan kenampakan buata di Indonesia.
|
Membuat klasifikasi
|
Menjelaskan keuntungan dan kerugian pembangunan
kenampakan buatan bagi masyarakat.
|
Setelah membaca dampak pembangunan kenampakan
buatan, siswa dapat menyimpulkan keuntungan dan kerugian pembangunan
kenampakan bagi masyarakat.
|
Interprestasi data
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar